Membaca merupakan pintu gerbang guru dalam menyampaikan informasi kepada siswa. Sekalipun informasi tetap dapat diperoleh siswa melalui kegiatan komunikasi yang lain, namun kemampuan membaca sangat penting dikuasai siswa. Beberapa guru di sekolah dasar regular yang memiliki siswa berkesulitan belajar, banyak yang berkeluh kesah tentang pengajaran membaca. Tidak berlebihan dengan apa yang menjadi kegundahan guru ini. Sebuah kegundahan hati menunjukkan bahwa guru tersebut sedang berpikir keras, bagaimana mengatasi problem utamanya di kelas.
Sebagai proses visual, membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sedangkan sebagai proses berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif. Ada beberapa faktor yang harus dipahami guru, bahwa kemampuan membaca seseorang dipengaruhi oleh faktor fisiologis, intelektual, lingkungan, dan psikologis (Lamb dan Arnold, 1976). Faktor fisiologis mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin. Kelelahan juga merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi anak untuk belajar membaca. Inteligensi ialah kemampuan global individu untuk bertindak sesuai dengan tujuan, berpikir rasional, dan berbuat secara efektif terhadap lingkungan. Umumnya, siswa berkesulitan belajar memiliki inteligensi yang rendah. Faktor lingkungan yang mempengaruhi kemampuan membaca adalah (1) latar belakang dan pengalaman siswa di rumah; dan (2) sosial ekonomi keluarga siswa. Sedangkan faktor psikologis yang mempengaruhi kemampuan membaca adalah (1) motivasi, (2) minat, dan (3) kematangan sosial, emosi, dan penyesuaian diri.
Guru yang memiliki siswa berkesulitan belajar yang ditempatkan di sekolah regular membutuhkan pendekatan dan strategi khusus agar siswa mampu membaca. Kegiatan membaca pada anak-anak berkebutuhan khusus membutuhkan kesabaran yang ekstra. Selain guru memahami pendekatan dan strategi membaca, guru juga harus memiliki karakter personal yang tekun, telaten, dan sabar. Sebab, pengajaran membaca untuk anak berkesulitan membaca membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan teman-temannya yang lain, dan tidak dapat diselenggarakan secara klasikal.
Pendekatan pengajaran membaca (2007: 31-35) berikut ini dapat dipahami dan dipilih guru sesuai kebutuhan, situasi, dan karakter belajar anak berkesulitan belajar.
1. Pendekatan Komunikatif
Pengajaran membaca harus didasarkan pada tujuan membaca dan diarahkan pada penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari anak berkesulitan belajar.
2. Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif
Anak berkesulitan belajar secara aktif terlibat dalam proses pengajaran. Guru dan anak berkesulitan belajar secara bersama-sama menyusun rencana pengajaran, menyajikan pelajaran, dan menilai hasil pembelajaran. Melalui kegiatan ini, guru memberikan keleluasaan yang dapat dipilih siswa untuk memilih informasi bacaan yang diinginkannya.
3. Pendekatan Pembelajaran Terpadu
Bentuk pengajaran terpadu meliputi kegiatan membaca, menulis, berbicara, dan menyimak. Pada kurikulum 2006 (KTSP) standar kompetensi dan kompetensi dasar pengajaran bahasa telah ditekankan hubungan ke-empat keterampilan tersebut. Melalui kegiatan yang terpadu, anak berkesulitan belajar dapat menulis teks, mereka membaca tulisannya, menyimak gagasan orang lain, dan menanggapi apa yang disampaikan teman-temannya.
4. Pendekatan Belajar Kooperatif
Pendekatan ini mengelompokkan siswa pada kelompok-kelompok kecil. Melalui kegiatan ini, anak berkesulitan belajar bersama teman-temannya saling bekerja sama dan saling membantu untuk menyelesaikan tugas. Pendekatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman pada siswa.
Aktivitas pengajaran membaca juga sangat membutuhkan strategi yang tepat, agar tujuan yang diharapkan guru dapat tercapai. Strategi membaca (2007: 36-51) menggambarkan bagaimana anak berkesulitan belajar memproses bacaan sehingga dia memperoleh pemahaman terhadap bacaan tersebut.
1. Strategi Bawah – Atas
Pembaca menggunakan model ini dimulai dari mengidentifikasi huruf-huruf, kata, frasa, kalimat dan terus bergerak ke tataran yang lebih tinggi, sampai akhirnya dia memahami isi teks. Pemahaman dibangun berdasarkan data visual yang berasal dari teks melalui tahapan yang lebih rendah ke tahap yang lebih tinggi.
2. Strategi Atas – Bawah
Pembaca memulai proses pemahaman teks dari tataran yang lebih tinggi. Teks yang disarankan adalah teks bacaan yang sesuai dengan latar belakang tempat anak berkesulitan belajar tinggal.
3. Model Strategi Campuran (Eclectic)
Pembaca model ini menggunakan model bawah-atas dan atas-bawah dalam waktu yang bersamaan.
4. Model Strategi Interaktif
Memahami suatu teks merupakan suatu proses interaktif antara latar belakang pengetahuan pembaca dengan teks. Pemahaman yang efisien mensyaratkan kemampuan pembaca menghubungkan materi teks dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Pemahaman suatu teks tidak hanya semata-mata memahami makna kata-kata dan kalimat dalam suatu teks saja, tetapi juga pemanfaatan pengetahuan pembaca yang berhubungan dengan teks yang dibacanya.
5. Strategi KWL (Know – Want to Know – Learned)
Strategi KWL memberikan kepada siswa tujuan membaca dan memberikan suatu peran aktif siswa sebelum, saat, dan sesudah membaca. Ada tiga langkah dasar, yaitu: menuntun siswa dalam memberikan suatu jalan tentang apa yang telah mereka ketahui (K), menentukan apa yang ingin mereka ketahui (W), dan mengingat kembali apa yang mereka pelajari dari membaca (L). Dalam pelaksanaannya, guru dapat memberikan lembar panduan belajar (baik individu maupun kelompok) untuk membantu siswa membaca bahan bacaan dan mengurangi kesukaran memahami bahan pelajaran.
6. Strategi DRA (Directed Reading Activity)
Strategi ini dimaksudkan agar siswa mempunyai tujuan membaca yang jelas dengan menghubungkan berbagai pengetahuan yang telah dipunyai siswa sebelumnya untuk membangun pemahaman. Asumsinya, pemahaman bisa ditingkatkan dengan membangun latar belakang pengetahuan, menyusun tujuan khusus membaca, mendiskusikan, dan mengembangkan pemahaman sesudah membaca.
7. Strategi DRTA (Directed Reading Thingking Activity)
Strategi DRTA diarahkan untuk mencapai tujuan umum. Guru mengamati anak-anak ketika mereka membaca, dalam rangka mendiagnosis kesulitan dan menawarkan bantuan ketika siswa sulit berinteraksi dengan bahan bacaan.
Pengetahuan pembaca merupakan bekal terpenting bagi anak berkesulitan belajar untuk memahami teks bacaan. Ada baiknya guru berangkat dari pengalaman kehidupan sehari-hari anak berkesulitan belajar. Ini rangsangan, agar anak memiliki motivasi belajar membaca yang tinggi.
Sumber Bacaan:
Rahim, Farida. (2007). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.