FUNGSI PEMBUATAN BAHAN AJAR

4 Oktober, 2011

Bahan ajar adalah bentuk imajinasi dan kreativitas guru dalam menuangkan materi pembelajaran. Setiap guru memiliki kebebasan untuk menuangkan apa yang dipikirkan tepat dan sesuai bagi peserta didiknya. Sehingga tujuan dan hasil belajar yang diharapkan guru dapat dicapai dengan optimal. Namun demikian tetap memperhatikan rambu-rambu yang juga mendukung penilaian guru dalam penetapan angka kredit, sehingga bahan ajar yang dibuat guru memiliki multi fungsi, yaitu:

  1. Mengembangkan materi pembelajaran bagi peserta didik.
  2. Mengasah daya imajinasi dan kreativitas guru.
  3. Melatih kemampuan menulis guru.
  4. Melatih kemampuan guru untuk mencari beragam referensi.
  5. Mengembangkan kemampuan ICT (Information Communication and Technology) guru.
  6. Menambah angka kredit dalam pengembangan keprofesian berkelanjutan (AKPKB).
  7. Membuka kesempatan bagi guru untuk publikasi ke luar sekolah melalui karya-karyanya.

CITA-CITAKU

11 Mei, 2011

Setiap tahun di sekolah kami selalu mendapat kunjungan resmi mahasiswa Akper Subang. Kehadiran mereka berkaitan dengan tugas praktik keperawatan, yang merupakan salah satu mata kuliah yang harus mereka ampuh. Kehadiran mereka selalu menyenangkan anak-anak SLB, tidak terkecuali buat Gilang dan Hayatulloh.

Kegembiraan mereka terekspresikan dalam mimpi mereka. Hingga muncul pernyataan “Bu, aku nanti mau jadi AKPER!”, ucap Gilang bersemangat. “Bukan AKPER, tapi mau jadi perawat!”. Boleh… boleh… Em… apa cita-cita kalian?

Semua menunjuk tangan. “Yuda mau jadi dokter gigi,” teriak Yuda bersemangat. “Aku pembalap,” kata Hayat pelan. “Aku mau jadi dokter,” kata Citra berbinar-binar. “Aku, aku mau jadi AKPER! kata Gilang teriak. Ya… bagus! Semua anak harus punya cita-cita.

Gambaran profil seseorang ternyata memberi inspirasi bagi anak tunagrahita untuk mewujudkannya dalam kehidupan mereka di masa depan. Impian ini InsyaAllah akan terwujud… Asal mereka rajin belajar, berusaha, dan berdoa. Cita-cita membuat seseorang berusaha dengan kuat untuk berlari ke arah tujuan hidupnya. Selamat, Nak!


KETIKA MURIDKU JATUH CINTA

16 Maret, 2011

Allah SWT menganugrahkan rasa cinta tumbuh di hati setiap makhluk ciptaan-Nya.  Rasa cinta membuat siapapun menjadi bahagia, tidak terkecuali untuk murid-muridku yang tunagrahita.

Usiaku yang sudah akan mendekati 40 tahun membuat aku teringat masa-masa ketika berusia 14 tahun. Kala cinta datang dihatiku dan membuat hari-hariku penuh keceriaan yang tidak dapat aku sembunyikan. Dan sudah beberapa hari ini aku melihat siswa-siswaku sedang jatuh cinta. Mereka sibuk membuat simbol-simbol cinta disemua tempat. Sepidol white board-ku menjadi sasaran jika kubiarkan tergeletak. Mereka akan sembunyi-sembunyi membuat simbol-simbol cinta wujud ekspresi diri. Mereka jadi tidak mau belajar (menerima pelajaran dari guru), mereka lebih suka membuat tulisan di kertas kecil yang kemudian mereka kirim via mak-comblang. Semuanya persis seperti ketika aku jatuh cinta diusia 14 tahun.

Aku sempat bertanya pada mereka. “Gilang gimana rasanya kalo ketemu Julia? Deg-degan tidak?” Dan Gilang tersipu-sipu menjawab. “Ia, bu!” Hayat gimana? Sama? Hayatulloh tersipu-sipu mengangguk. Trus gimana ngomongnya? Kan Julia dan Deva tidak dapat berbicara (Julia dan Deva adalah anak tunarungu). Mereka hanya tersenyum saja.

Subhanalloh, Allah menghadirkan rasa cinta bagi murid-muridku yang membuat aku juga sangat bahagia. Hingga terbesit pikiran bahwa, hal ini bisa menjadi ideku untuk membuat karya tulis. Sebab, gara-gara jatuh cinta, mereka jadi bersemangat membuat surat. Membuat surat merupakan salah satu kompetensi yang harus mereka kuasai dalam pelajaran Bahasa Indonesia di kelas VI SDLB-C.

Akhirnya, aku harus mengalah dan mengikuti kemauan mereka. Pembelajaran jadi bisa disiasati dengan munculnya rasa cinta di hati mereka. Mereka jadi mau belajar membuat kalimat-kalimat cinta, mereka juga jadi mau berkreasi membuat hiasan-hiasan di surat cinta mereka, mereka juga belajar berani menyampaikan surat cinta pada gadis impiannya. Semua karena cinta…


Membuat Bahan Ajar ABK

25 Februari, 2011

Bahan ajar  merupakan salah satu kebutuhan guru saat mengajar. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilengkapi bahan ajar memberikan banyak kemudahan bagi guru. Namun banyak guru, khususnya guru SLB yang agak kesulitan untuk melengkapi program pembelajaran mereka dengan bahan ajar. Sangat disadari, bahwa dalam membuat bahan ajar khusus bagi anak berkebutuhan khusus  dibutuhkan banyak literatur pendukung. Terutama bagi anak berkebutuhan khusus tunagrahita. Namun bukan berarti pembuatan bahan ajar tersebut menjadi sulit. Berikut ini adalah langkah-langkah membuat bahan ajar:

1. Menyusun Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator dalam tabel Matrik Konsistensi  Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator sebagaimana yang telah biasa dibuat oleh para guru.

2. Membuat matrik silabus tematik atau mata pelajaran. Umumnya  guru sudah terbiasa membuat matrik silabus, sehingga tahap berikutnya menjadi lebih mudah.

3. Membuat  penjabaran jaring-jaring tematik. Melalui jaring-jaring tema akan diketahui berapa bab yang akan dikembangkan dari keseluruhan materi. Jika berupa mata pelajaran maka dalam matrik mata pelajaran akan diketahui ada berapa sub bahasan.

4. Mengembangkan tiap kompetensi dasar dan indikator ke dalam materi bahasan sesuai penjabaran indikator. Usahakan apa yang diulas dalam materi tidak berjauhan dari penjabaran indikator. Sesuaikan setiap ceritanya dengan tema yang akan diangkat.

5. Melengkapi setiap bahasan dengan photo atau gambar. Photo dan gambar merupakan daya tarik utama dalam setiap bahasan. Sehingga guru dengan mudah menetapkan alat dan bahan yang akan dipakai nantinya saat mengajar.

6. Melengkapi setiap bahasan per sub tema dengan latihan soal sesuai dengan penjabaran indikator.

7. Melengkapi setiap bahasan per sub tema dengan rangkuman dari keseluruhan bahasan.

8. Melengkapi akhir buku dengan latihan akhir seluruh buku (ulangan umum), daftar indeks, glosarium, daftar pustaka, dan riwayat penulis.

Untuk keseluruhan bahasan dalam satu buku bahan ajar juga perlu diperhatikan:

1. Warna dan corak sampul depan agar menarik.

2. Besar dan kecil huruf.

3. Jenis huruf.

4. Tata letak per-bab agar memiliki corak yang menarik.

Mudah-mudahan informasi ini bermanfaat. Jangan lupa melihat pada buku-buku umum lain agar ide-ide baru bermunculan. Selamat mencoba…


PENGAJARAN MEMBACA

30 Desember, 2009

Membaca merupakan pintu gerbang guru dalam menyampaikan informasi kepada siswa. Sekalipun informasi tetap dapat diperoleh siswa melalui kegiatan komunikasi yang lain, namun kemampuan membaca sangat penting dikuasai siswa. Beberapa guru di sekolah dasar regular yang memiliki siswa berkesulitan belajar, banyak yang berkeluh kesah tentang pengajaran membaca. Tidak berlebihan dengan apa yang menjadi kegundahan guru ini. Sebuah kegundahan hati menunjukkan bahwa guru tersebut sedang berpikir keras, bagaimana mengatasi problem utamanya di kelas.

Sebagai proses visual, membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sedangkan sebagai proses berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif. Ada beberapa faktor yang harus dipahami guru, bahwa kemampuan membaca seseorang dipengaruhi oleh faktor fisiologis, intelektual, lingkungan, dan psikologis (Lamb dan Arnold, 1976). Faktor fisiologis mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin. Kelelahan juga merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi anak untuk belajar membaca. Inteligensi ialah kemampuan global individu untuk bertindak sesuai dengan tujuan, berpikir rasional, dan berbuat secara efektif terhadap lingkungan. Umumnya, siswa berkesulitan belajar memiliki inteligensi yang rendah. Faktor lingkungan yang mempengaruhi kemampuan membaca adalah (1) latar belakang dan pengalaman siswa di rumah; dan (2) sosial ekonomi keluarga siswa. Sedangkan faktor psikologis yang mempengaruhi kemampuan membaca adalah (1) motivasi, (2) minat, dan (3) kematangan sosial, emosi, dan penyesuaian diri.

Guru yang memiliki siswa berkesulitan belajar yang ditempatkan di sekolah regular membutuhkan pendekatan dan strategi khusus agar siswa mampu membaca. Kegiatan membaca pada anak-anak berkebutuhan khusus membutuhkan kesabaran yang ekstra. Selain guru memahami pendekatan dan strategi membaca, guru juga harus memiliki karakter personal yang tekun, telaten, dan sabar. Sebab, pengajaran membaca untuk anak berkesulitan membaca membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan teman-temannya yang lain, dan tidak dapat diselenggarakan secara klasikal.

Pendekatan pengajaran membaca (2007: 31-35) berikut ini dapat dipahami dan dipilih guru sesuai kebutuhan, situasi, dan karakter belajar anak berkesulitan belajar.
1. Pendekatan Komunikatif
Pengajaran membaca harus didasarkan pada tujuan membaca dan diarahkan pada penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari anak berkesulitan belajar.
2. Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif
Anak berkesulitan belajar secara aktif terlibat dalam proses pengajaran. Guru dan anak berkesulitan belajar secara bersama-sama menyusun rencana pengajaran, menyajikan pelajaran, dan menilai hasil pembelajaran. Melalui kegiatan ini, guru memberikan keleluasaan yang dapat dipilih siswa untuk memilih informasi bacaan yang diinginkannya.
3. Pendekatan Pembelajaran Terpadu
Bentuk pengajaran terpadu meliputi kegiatan membaca, menulis, berbicara, dan menyimak. Pada kurikulum 2006 (KTSP) standar kompetensi dan kompetensi dasar pengajaran bahasa telah ditekankan hubungan ke-empat keterampilan tersebut. Melalui kegiatan yang terpadu, anak berkesulitan belajar dapat menulis teks, mereka membaca tulisannya, menyimak gagasan orang lain, dan menanggapi apa yang disampaikan teman-temannya.
4. Pendekatan Belajar Kooperatif
Pendekatan ini mengelompokkan siswa pada kelompok-kelompok kecil. Melalui kegiatan ini, anak berkesulitan belajar bersama teman-temannya saling bekerja sama dan saling membantu untuk menyelesaikan tugas. Pendekatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman pada siswa.

Aktivitas pengajaran membaca juga sangat membutuhkan strategi yang tepat, agar tujuan yang diharapkan guru dapat tercapai. Strategi membaca (2007: 36-51) menggambarkan bagaimana anak berkesulitan belajar memproses bacaan sehingga dia memperoleh pemahaman terhadap bacaan tersebut.
1. Strategi Bawah – Atas
Pembaca menggunakan model ini dimulai dari mengidentifikasi huruf-huruf, kata, frasa, kalimat dan terus bergerak ke tataran yang lebih tinggi, sampai akhirnya dia memahami isi teks. Pemahaman dibangun berdasarkan data visual yang berasal dari teks melalui tahapan yang lebih rendah ke tahap yang lebih tinggi.
2. Strategi Atas – Bawah
Pembaca memulai proses pemahaman teks dari tataran yang lebih tinggi. Teks yang disarankan adalah teks bacaan yang sesuai dengan latar belakang tempat anak berkesulitan belajar tinggal.
3. Model Strategi Campuran (Eclectic)
Pembaca model ini menggunakan model bawah-atas dan atas-bawah dalam waktu yang bersamaan.
4. Model Strategi Interaktif
Memahami suatu teks merupakan suatu proses interaktif antara latar belakang pengetahuan pembaca dengan teks. Pemahaman yang efisien mensyaratkan kemampuan pembaca menghubungkan materi teks dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Pemahaman suatu teks tidak hanya semata-mata memahami makna kata-kata dan kalimat dalam suatu teks saja, tetapi juga pemanfaatan pengetahuan pembaca yang berhubungan dengan teks yang dibacanya.
5. Strategi KWL (Know – Want to Know – Learned)
Strategi KWL memberikan kepada siswa tujuan membaca dan memberikan suatu peran aktif siswa sebelum, saat, dan sesudah membaca. Ada tiga langkah dasar, yaitu: menuntun siswa dalam memberikan suatu jalan tentang apa yang telah mereka ketahui (K), menentukan apa yang ingin mereka ketahui (W), dan mengingat kembali apa yang mereka pelajari dari membaca (L). Dalam pelaksanaannya, guru dapat memberikan lembar panduan belajar (baik individu maupun kelompok) untuk membantu siswa membaca bahan bacaan dan mengurangi kesukaran memahami bahan pelajaran.
6. Strategi DRA (Directed Reading Activity)
Strategi ini dimaksudkan agar siswa mempunyai tujuan membaca yang jelas dengan menghubungkan berbagai pengetahuan yang telah dipunyai siswa sebelumnya untuk membangun pemahaman. Asumsinya, pemahaman bisa ditingkatkan dengan membangun latar belakang pengetahuan, menyusun tujuan khusus membaca, mendiskusikan, dan mengembangkan pemahaman sesudah membaca.
7. Strategi DRTA (Directed Reading Thingking Activity)
Strategi DRTA diarahkan untuk mencapai tujuan umum. Guru mengamati anak-anak ketika mereka membaca, dalam rangka mendiagnosis kesulitan dan menawarkan bantuan ketika siswa sulit berinteraksi dengan bahan bacaan.

Pengetahuan pembaca merupakan bekal terpenting bagi anak berkesulitan belajar untuk memahami teks bacaan. Ada baiknya guru berangkat dari pengalaman kehidupan sehari-hari anak berkesulitan belajar. Ini rangsangan, agar anak memiliki motivasi belajar membaca yang tinggi.
Sumber Bacaan:
Rahim, Farida. (2007). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.